BatamNesia – Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang resmi berjalan mulai 10 Februari 2025 masih menghadapi tantangan serius di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Dari total penduduk 2,1 juta jiwa, tercatat hanya 25.041 warga atau 1,19 persen yang memanfaatkan layanan ini hingga Agustus 2025.
Angka tersebut masih jauh dari target pemerintah. Ini menandakan perlunya upaya lebih intensif agar masyarakat aktif mengikuti program pemeriksaan kesehatan dini ini.
Anggota Komisi IV DPRD Kepri, Aman, S.Pd, MM, menilai rendahnya partisipasi masyarakat salah satunya karena kurangnya sosialisasi. Hal ini menyebabkan banyak warga tidak mengetahui adanya program tersebut.
Untuk itu, ia mendorong Dinkes Kepri agar melakukan terobosan baru serta meningkatkan edukasi dan promosi kesehatan secara masif.
“Saya mendorong Dinas Kesehatan Kepri membuat terobosan dan sosialisasi secara masif untuk memaksimalkan partisipasi masyarakat dalam program ini,” ujarnya, Selasa (26/8/2025).
Sekretaris DPW PKB Kepri itu menegaskan, program Cek Kesehatan Gratis sangat penting karena bertujuan mendeteksi dini kondisi kesehatan masyarakat. Namun minimnya informasi membuat masyarakat enggan memanfaatkan layanan tersebut.
“Pemprov Kepri, dalam hal ini Dinas Kesehatan harus merespon secara serius. Rendahnya partisipasi menandakan masih kurangnya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat,” tegas Aman.
Dinkes Kepri Ungkap Kendala Program CKG
Kepala Dinas Kesehatan Kepri, Mochammad Bisri, mengakui capaian program CKG memang masih rendah. Karena itu, pihaknya terus mengimbau masyarakat agar tidak melewatkan kesempatan tersebut.
“Program ini untuk semua kalangan usia, mulai dari bayi, anak-anak, orang dewasa, hingga lansia,” jelasnya, mengutip dari Antara.
Bisri menambahkan, pelaksanaan CKG bertahap, menyesuaikan kesiapan fasilitas dan SDM di setiap puskesmas. Tidak semua puskesmas memiliki peralatan dan tenaga medis memadai, berbeda dengan Kota Tanjungpinang yang fasilitas kesehatannya relatif lengkap.
Saat ini, 96 puskesmas di tujuh kabupaten/kota se-Kepri sudah melaksanakan program tersebut. Setiap puskesmas rata-rata mampu melayani 30–40 warga per hari.
Hipertensi Jadi Penyakit Tertinggi
Dari hasil pemeriksaan, hipertensi menjadi penyakit paling banyak menjangkiti masyarakat Kepri. Kondisi ini perlu menjadi perhatian serius pemerintah daerah.
“Temuan ini mengindikasikan potensi beban penyakit yang tinggi di masa depan jika pemerintah tidak bisa mengendalikan hipertensi secara optimal,” ungkap Bisri. ***
Baca juga: Anggota DPRD Kepri Aman Desak Percepatan Pembangunan Infrastruktur Pendidikan di Batam