PKB Kepri Gelar Tasyakuran dan Diskusi Atas Penganugerahan Pahlawan Nasional kepada Gus Dur dan Kyai Kholil

Eki Setiawan

BatamNesia.com – Rasa syukur dan kebanggaan mendalam diwujudkan oleh keluarga besar DPW Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), menyusul penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden Keempat RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Syaikhona Muhammad Kholil. Sebagai wujud syukur, DPW PKB Kepri menggelar tasyakuran dan doa bersama di Sekretariat Ruko Alexandria B8 No. 43 Batam Center, pada Rabu (12/11/2025) malam.

Acara yang berlangsung khidmat ini dihadiri segenap jajaran partai, termasuk Ketua Dewan Syuro KH Samsul Anwar dan Wakil Ketua Alifiah. Hadir juga Sekretaris DPW PKB Kepri yang juga Anggota DPRD Kepri Aman, S.Pd, MM, Bendahara DPW PKB Kepri yang juga Anggota DPRD Kepri Suigwan, jajaran banom, kader, dan simpatisan partai.

Dalam sambutannya, Aman menyampaikan rasa bangga seluruh kader dan pengurus PKB Kepri atas penetapan dua tokoh sentral Nahdlatul Ulama (NU) dan PKB ini, Gus Dur dan Kyai Kholil Bangkalan, sebagai Pahlawan Nasional. Ia menegaskan bahwa tasyakuran ini juga merupakan pelaksanaan instruksi dari DPP PKB kepada seluruh jajaran di bawahnya.

“Ini merupakan momentum yang sungguh sangat luar biasa. Tasyakur kita, bersyukurnya kita atas penganugerahan Pahlawan Nasional oleh Presiden RI Prabowo Subianto kepada founding father dan muassis (penggagas) PKB, yaitu Gus Dur dan Kyai Kholil Bangkalan,” ujar Aman.

Sementara itu, Alifiah menyampaikan kekagumannya terhadap tokoh-tokoh NU, tidak hanya pada Gus Dur dan Kyai Kholil, tetapi juga pada sosok seperti KH Mustofa Bisri yang menonjol sebagai budayawan. “Inilah salah satu bentuk kerendahan hati seorang ulama,” ujarnya. 

Meneladani Jejak Perjuangan Gus Dur dan Kyai Kholil Bangkalan

Acara tasyakuran juga menjadi momen untuk merefleksikan peran besar Gus Dur dan Kyai Kholil Bangkalan untuk umat dan bangsa. Kyai Kholil Bangkalan dikenang sebagai ulama besar, guru dari para pendiri NU, dan pencetak kader-kader ulama di nusantara.

Dari pesantren Syaikhona Muhammad Kholil, lahirlah Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama, yang menjadi penjaga roh perjuangan Islam Ahlussunnah wal Jama’ah.

Sementara Gus Dur, cucu pendiri NU adalah teladan kebangsaan yang mengajarkan bahwa agama harus menghadirkan kemanusiaan dan politik harus mengabdi pada keadilan. Gus Dur dikenal sebagai tokoh pluralisme, demokrasi, dan kemanusiaan sejati yang membela seluruh rakyat Indonesia tanpa memandang latar belakang.

Dalam sesi diskusi, Purwantoro selaku narasumber utama, menggali lebih dalam nilai-nilai perjuangan kedua pahlawan tersebut. Ia menceritakan keteladanan Gus Dur sebagai pemimpin yang zuhud, tidak terikat pada harta duniawi, dan senantiasa mengutamakan kepentingan bangsa.

“Bagi Gus Dur, hidup ini tidak ada yang perlu direpotkan,” kata Purwantoro.

Aman menambahkan bagaimana cara Gus Dur dalam membesarkan dan mendidik Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar dalam dunia politik. Ia menilai gemblengan Gus Dur telah menjadikan Gus Muhaimin sebagai pemimpin yang tangguh dan berhasil membawa kejayaan bagi PKB hingga sekarang.

“Gus Muhaimin mendapatkan didikan dan gembelengan yang luar biasa dari Gus Dur, sehingga sampai hari ini, PKB alhamdulillah berjaya,” ujar Aman.

Harapan untuk Masa Depan

Momentum ini juga menjadi pembangkit semangat untuk Pemilu mendatang. Aman menyampaikan harapannya agar kursi PKB Kepri di legislatif dapat meningkat signifikan.

“InsyaAllah bersama PKB kita akan mendapatkan keberkahan dari Kyai kita, karena partai ini adalah satu-satunya partai yang didirikan oleh para Kyai dan hasil istikharah para Kyai,” ujarnya dengan penuh optimisme.

Sebagai informasi, gelar Pahlawan Nasional untuk Gus Dur dan Syaikhona Kholil ditetapkan melalui Keppres No. 116/TK/Tahun 2025 oleh Presiden Prabowo Subianto pada Peringatan Hari Pahlawan, 10 November 2025. Penganugerahan ini menambah panjang daftar tokoh NU yang menyandang gelar Pahlawan Nasional. Selain Gus Dur dan Kyai Kholil Bangkalan, juga ada KH M Hasyim Asy’ari, KH Zainul Arifin, KH Abdul Wahid Hasyim, KH Zainal Musthafa, KH Idham Chalid, KH Abdul Wahab Chasbullah, dan KH As’ad Syamsul Arifin. Lalu KH Syam’un, KH Masjkur, Andi Mappanyukki, Andi Djemma, Usmar Ismail, KH Abdul Chalim Leuwimunding, dan Sultan Muhammad Salahududdin. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *